Mas Gigih Uzaman's blog

Allahu ghoyatuna

Pergolakan Suriah (Sentimen Sunni-Syiah), Sebuah Cerita Lama

leave a comment »

Awal Pergolakan

Pergolakan politik di Suriah yang berdarah bukanlah hal baru, bisa diruntut sejak tahun 1918 ketika Inggris menganeksasi Suriah dari Kekhalifahan Utsmaniyah (Ottoman) ditahun 1918 dengan menggunakan tangan kanannya, Emir Feisal. Setelah perang usai, mereka kembali kepada Perjanjian Sykes-Picot, setelah itu Perancis kembali menguasai Libanon dan Syiria. Daerah Syam yang terkenal dengan nama Suriah dahulu adalah daerah antara semenanjung Sinai dan Turki, tetapi setelah Perang Dunia I usai, Inggris dan Perancis memecah daerah itu untuk mereka kuasai sendiri-sendiri.

Suriah dengan penduduk mayoritas etnis Arab Muslim Sunni mengalami masa sulit karena Perancis yang menjajah Suriah menempatkan kelompok minoritas Druz dan Alawi sebagai penguasa di Suriah sejak tahun 1922. Begitu banyak pergolakan yang terjadi dengan basis bermacam-macam, kadang berbasis nasionalisme, agama dan kesukuan untuk mengalahkan penjajah Perancis atau satu sama lainnya.

Sampai akhirnya Hafiz Al Asad berhasil mengkudeta presiden Salah Jadid, sesama internal partai Ba’ats pada bulan November 1970. Mulai saat ini sekte syiah Alawi benar-benar berhasil mengambil kuasa penuh di Syiria setelah sebelumnya harus bersaing dengan Druz dan Muslim Sunni. Hafiz Al Asad memerintah Suriah dengan tangan besi dan tidak pernah memberikan rival politiknya bisa bernafas lega bahkan hingga akhirnya ia meninggal ditahun 2000.

Naiknya Al Asad sebagai perwakilan syiah Alawi menjadi pemimpin absolut di Suriah langsung mendapatkan perlawanan keras dari Muslim Sunni karena disinyalir Al Asad beraliran komunis sosialis Ba’ats dan berasal dari keluarga Syiah Alawi. Pada tahun 1973, kerusuhan berkecamuk dibanyak daerah tetapi dapat diredam oleh garda nasional, penduduk Muslim Sunni harus membayar mahal dalam kerusuhan ini.

Pergolakan kembali muncul di tahun 1982 dikala Muslim Sunni yang dimotori Ikhwanul Muslimin melancarkan pemberontakan di Kota Hama melawan pemerintahan diktaktor Alawi, Hafiz Al Asad. Dalam pergolakan itu, pasukan Ikhwanul Muslimin bisa ditumpas habis dan penduduk sipil pun menjadi korban kebrutalan rezim Al Asad. Dari beberapa sumber, korban berkisar dari 10.000 hingga 50.000 orang dan kebanyakan adalah wanita, orang tua dan anak-anak.

Pergolakan Suriah Modern

Pergolakan di Suriah pertama kali muncul tanggal 26 Januri 2011, rakyat Suriah menuntut mundurnya Bashar Al Asad dan berakhirnya kekuasaan partai Ba’ats selama hampir lima dekade. Banyak sekali macam kepentingan yang muncul diantara pihak oposisi yang tergabung dari banyak faksi di Suriah. Salah satu kepentingan pihak oposisi adalah mengakhiri dominasi sekte Syiah Alawi yang terkenal memerintah secara diktaktor dan sangat kejam. Bahkan selama satu tahun pergolakan ini saja sudah lebih dari 11.000 orang meninggal, yang mayoritas korbannya adalah wanita, orang tua dan anak-anak.

Tetapi tidak semua pihak oposisi memiliki tujuan yang sama, karena banyaknya pihak yang terlibat maka tujuan mereka pun berbeda-beda. Ada yang ingin menggulingkan rezim Syiah Alawi selamanya, ada yang menginginkan demokrasi saja, bahkan ada yang ingin mendirikan negara Islam. Semua ini tergantung pada latar belakang masing-masing faksi yang tergabung dalam pihak oposisi.

Di daerah Timur Tengah, Suriah adalah salah satu negara terkuat dan paling disegani. Beberapa kali Suriah berani secara langsung berkonfrontasi melawan Israel dan tidak tanggung-tanggung mengancam untuk meluluh lantahkan Israel dari Timur Tengah. Tren di Timur Tengah saat ini adalah negara yang paling berani melawan Israel, ia lah negara yang paling hebat. Terbukti secara aktif Suriah dan teman politiknya, Iran, selalu merongrong keberadaan Israel.

Sebagai negara yang dipimpin oleh rezim Syiah, Suriah sangat dekat dengan negara-negara atau milisi-milisi yang beraliran Syiah lainnya. Terbukti Iran berjanji akan mendukung Suriah sampai pergolakan ini usai. Milisi Hezbollah Libanon dan Brigade Al Mahdi Iraq juga secara penuh mendukung pemerintahan Suriah melawan pihak oposisi.

Posisi Suriah begitu penting bagi kelompok beraliran Syiah lainnya. Jika rezim Syiah Suriah jatuh, maka posisi Iran untuk bisa dominan di Timur Tengah juga akan goyah. Kerjasama keduanya begitu dekat selama beberapa dekade terakhir. Ketika perang Iraq-Iran, Suriah mendukung Iran secara penuh. Begitu pula disaat Iraq berhadapan melawan Amerika di perang Teluk I, Suriah menjadi bagian dari operasi militer bersama memukul Saddam Husein.

Kepentingan milisi Hezbollah Libanon terhadap Suriah juga besar. Mereka sangat bergantung pada Suriah sebagai pemasok senjata, keuangan, dan politik dalam perlawanan melawan Israel dan rival mereka, Muslim Sunni, di Libanon Utara dan Yordania. Brigade Al Mahdi di Iraq yang masih baru ini pun mempunyai kepedulian yang amat besar sesama Syiah.

Pada intinya, keberadaan Suriah, Iran, Hezbollah, dan Brigade Al Mahdi Iraq sangat penting satu bagi lainnya. Aliansi mereka tentu bisa meringankan beban dalam menghadapi rival-rival mereka seperti Israel dan negara-negara Arab Sunni. Runtuhnya rezim diktaktor Syiah Suriah bisa memberi kesempatan bagi mayoritas penduduk Sunni Muslim untuk merebut kekuasaan. Maka dari itu Iran dan milisi-milisi bersernjata Syiah akan berusaha mati-matian agar rezim Syiah Alawi tidak runtuh.

            Disisi lain, pihak oposisi terdiri dari banyak faksi yang bersatu padu untuk menjatuhakn rezim Bashar Al Asad mendapat bantuan dari berbagai kalangan, terutama organisasi-organisasi kemanusiaan dan ham, juga negara-negara Arab Sunni. Walau negara-negara Arab Sunni tidak memberikan pertolongan militer terhadap oposisi secara langsung, tetapi secara politik mereka berperan sangat penting. Lobi-lobi mereka kepada AS, Uni Eropa, PBB dan GCC berperan penting dalam perlawanan terhadap kekerasan yang dilakukan rezim Bashar Al Asad terhadap rakyat Suriah.

Selain dukungan politik dari negeri-negeri Arab Sunni, pihak oposisi juga mendapatkan bantuan militer dari milisi-milisi bersenjata Sunni dari luar Suriah. Keberadaan mereka di Suriah merupakan ancaman besar bagi rezim Bashar Al Asad karena mereka menjadi barisan pertama dalam melawan kebrutalan militer Suriah. Kemampuan merekapun tidak bisa disepelekan, banyak diantara mereka adalah veteran di Afghanistan, Iraq, Palestina dan dari negara-negara Muslim lain yang bergejolak.

Pada akhirnya, belum ada yang tahu akan berakhir seperti apa pergolakan di Suriah. Setelah jatuhnya rezim Ben Ali di Tunisia, Husni Mubarak di Mesir dan Muammar Gaddafidi di Libya, belum bisa diperkirakan kapan pergolakan Suriah ini akan berakhir dan apakah nyawa belasan ribu orang telah terbuang sia-sia atau tidak.

Referensi:

Abu Mush’ab As Suri.2010. Da’wah Al Muqowamah Al Islamiyah Al A’lamiyah (Perjalanan Gerakan jIhad). Solo: Penerbit Jazeera

BBC News. 2012. Syria Profile: A Chronology of Key Events. http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-14703995. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012.

Written by gigihuzaman

June 20, 2012 at 3:18 pm

Posted in Analisa Kasus

Tagged with

Leave a comment